Sunday, November 4, 2012

Menyakiti Hati atau Kekerasan Verbal?

Jangan Kau Sakiti Hatiku!

“Dasar bodoh, nggak punya mata!” teriak seorang suami kepada sang istri yang tidak sengaja menumpahkan kopi ke atas meja kerjanya. Tapi jika hal ini terjadi saat masa pacaran, mungkin si pria akan berkomentar “Duh sayang hati-hati panas! Kena tangan nggak?”


Kekerasan Psikologis Dimaklumi?
Sebenarnya makian atau kata-kata kasar sudah termasuk dalam KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Hal ini disebut sebagai kekerasan psikologis, termasuk di dalamnya kekerasan verbal (mengumbar kata cerai, memaki, mengeluarkan kata-kata yang menyakiti pasangan, atau kata-kata ancaman) dan non verbal (tubuh menjauh saat berbicara, ekspresi muka datar, tidak menanggapi omongan atau menatap tajam disertai senyum sinis).
Jika Anda berpikir bahwa kekerasan secara psikologis lebih baik dibanding kekerasan fisik, tampaknya Anda salah besar!
Meskipun kekerasan fisik bisa meninggalkan luka di sekujur badan namun ucapan kasar, ancaman, intimidasi tak kalah meninggalkan luka yang dalam dan membekas dalam jiwa meski tak terlihat secara kasat mata.
Tujuan pelaku kekerasan psikologis adalah membuat pasangannya merasa rendah dan tak berharga. Sehingga sang korban merasa lemah, tidak mampu untuk berdiri di atas kaki sendiri sebagai individu yang mandiri.

Kiat Hadapi Masalah Kekerasan
Dalam budaya patriakal yang masih menjunjung adat ketimuran, menceritakan masalah domestik kepada orang lain sama halnya dengan membuka aib sendiri. Perasaan sentimental seperti merasa mengkhianati pasangan hidup dan kekhawatiran bahwa orang lain tidak akan percaya dengan apa yang diceritakan (utamanya pada korban kekerasan psikologis, karena luka yang ditinggalkan tak terlihat oleh mata telanjang), membuat korban KDRT merasa enggan menceritakan apa yang menimpanya kepada orang terdekat maupun pada pihak berwajib.
Namun, kekerasan TETAP saja kekerasan! Tak boleh dibiarkan terus menerus, Anda harus bangkit untuk membenahi diri sendiri. Sometimes life is not easy, but the good news is, it’s not forever! Berikut langkah-langkah konkret yang bisa Anda tempuh:
• Ceritakanlah masalah Anda pada orang yang paling dipercaya dan membuat diri Anda nyaman. Mereka akan berempati, mencoba menempatkan dirinya di posisi Anda. Kemungkinan besar mereka akan kaget, lalu banyak menasehati Anda dan berbicara buruk tentang perilaku pasangan. Janganlah tersinggung dan bersikap defensif akan hal tersebut! Terimalah kenyataan bahwa yang membuat Anda menangis setelah disumpah-serapahi, dimaki, direndahkan setiap harinya adalah suami atau istri Anda sendiri.
• Merenunglah sejenak untuk menenangkan diri. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memunculkan pencerahan dalam diri Anda. Misalnya “Kamu yakin suami atau istrimu akan berubah?”, “Bagaimana jika ia melakukan kekerasan lagi?”, “Sampai kapan kamu sanggup berada di posisi seperti ini?” Memang, suami atau istri yang melakukan kekerasan adalah pasangan hidup Anda, orang terdekat yang mungkin masih Anda sayangi hingga detik ini, namun kekerasan tetap saja sebuah kekerasan, jangan mengelak!
• Perlahan-lahan mulailah melihat sisi positif, kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri Anda. Mungkin selama ini Anda masih bertahan dalam situasi tersebut karena secara finansial sepenuhnya tergantung pada suami. Namun cobalah melihat potensi diri yang dimiliki. Hingga nanti saat yang terburuk tiba, Anda sudah siap menghadapinya.
• Carilah informasi mengenai KDRT. Antara lain siapa yang dapat dihubungi pada situasi darurat, nomor telepon dan alamat LSM yang peduli dengan masalah KDRT.
• Bila tingkat KDRT yang dilakukan pasangan semakin tinggi dan Anda tidak mampu melakukan hal-hal di atas, jangan ragu untuk melaporkan ke pihak yang berwajib! Sumpah-serapah, hinaan, makian tersebut dapat Anda rekam diam-diam untuk dijadikan barang bukti nantinya.
• Jika setelah meninggalkan pasangan, Anda tetap terjebak dalam kungkungan rasa malu, tak berharga, rendah diri dan sebagainya, maka jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Ingat, Anda tidak gila! Jika bantuan profesional akan memperbaiki kualitas hidup Anda ke depannya, tentu saja hal ini patut dicoba.
Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D – Sexologist, Pschoanalyst, Graphologist, Marriage & Family Therapist.
Untuk konsultasi, hubungi di 0878-8170-5466 atau pin 2849C490. :)